
Rabies adalah salah satu penyakit paling mematikan yang dikenal manusia. Disebabkan oleh virus rabies, penyakit ini menyerang sistem saraf pusat dan hampir selalu berakibat fatal jika tidak ditangani dengan cepat. Di Indonesia, kasus gigitan hewan penular rabies—terutama anjing—masih sering terjadi, terutama di daerah dengan populasi hewan liar yang tinggi. Sayangnya, banyak masyarakat yang belum sepenuhnya memahami bahwa rabies dapat dicegah sepenuhnya dengan vaksinasi, bahkan setelah terjadi gigitan. Vaksin rabies bukan hanya untuk perlindungan sebelum terpapar (pre-exposure), tetapi juga efektif sebagai pengobatan pasca pajanan (post-exposure prophylaxis).
Bahaya Rabies yang Sering Diabaikan
Virus rabies masuk ke tubuh melalui luka gigitan atau cakaran hewan yang terinfeksi. Setelah masuk, virus ini tidak langsung menyerang otak, tetapi memerlukan waktu untuk berjalan melalui saraf dari lokasi gigitan menuju otak. Waktu inilah yang menjadi jendela emas untuk mencegah rabies berkembang menjadi penyakit yang mematikan.
Jika seseorang sudah menunjukkan gejala rabies seperti demam, halusinasi, kejang, takut air (hydrophobia), atau kejang otot, maka rabies sudah tidak bisa disembuhkan. Oleh karena itu, langkah terbaik adalah pemberian vaksin rabies sesegera mungkin setelah gigitan—sebelum gejala muncul.
Karakteristik Unik Vaksin Rabies: Bisa Diberikan Setelah Gigitan
Berbeda dari kebanyakan vaksin lainnya, vaksin rabies bisa diberikan setelah seseorang tergigit. Hal ini dimungkinkan karena virus rabies membutuhkan waktu—berhari-hari hingga berminggu-minggu—untuk mencapai otak. Waktu inkubasi ini bisa berkisar antara 1 hingga 3 bulan, meskipun pada beberapa kasus bisa lebih cepat atau lebih lama tergantung pada lokasi gigitan dan jumlah virus yang masuk.
Inilah sebabnya pemberian vaksin rabies pasca gigitan sangat efektif jika dilakukan sebelum virus mencapai sistem saraf pusat. Menurut CDC dan WHO, vaksin rabies sebaiknya diberikan dalam 24–48 jam pertama setelah gigitan, namun tetap bisa diberikan hingga beberapa hari setelah kejadian, selama pasien belum menunjukkan gejala.
Biasanya, skema vaksinasi post-exposure terdiri dari:
- Pembersihan luka secara menyeluruh dengan sabun dan air mengalir.
- Pemberian imunoglobulin rabies (RIG) untuk menetralisir virus di lokasi luka (terutama pada gigitan berat).
- Pemberian vaksin rabies sebanyak 4–5 kali dalam rentang 14–28 hari.
Vaksin Rabies: Perlindungan untuk Semua Orang
Siapa saja yang perlu mendapat vaksin rabies?
- Anak-anak dan orang dewasa yang digigit atau dicakar oleh hewan, terutama anjing, kucing liar, atau kelelawar.
- Pekerja lapangan, petugas kesehatan hewan, atau mereka yang sering kontak dengan hewan liar.
- Wisatawan atau penduduk di daerah endemis rabies seperti beberapa wilayah di Indonesia.
Untuk mereka yang berisiko tinggi terkena rabies, vaksin pre-exposure dapat diberikan sebagai tindakan pencegahan. Ini sangat disarankan jika Anda tinggal di daerah rawan rabies atau memiliki pekerjaan yang mengharuskan kontak langsung dengan hewan.
Kesimpulan: Jangan Tunggu, Cegah Rabies Sekarang
Rabies adalah penyakit yang bisa dicegah tetapi tidak bisa disembuhkan. Vaksin adalah satu-satunya perlindungan terbaik yang tersedia. Apabila Anda atau anggota keluarga digigit oleh hewan yang dicurigai rabies, segera cari bantuan medis dan minta vaksinasi rabies. Waktu sangat menentukan. Semakin cepat vaksin diberikan, semakin besar peluang untuk mencegah kematian.
Mari lindungi diri dan keluarga dari ancaman rabies. Vaksinasi adalah kunci untuk menghentikan kematian akibat rabies di Indonesia.
Referensi: